Seorang pemuda Indonesia terjebak dalam penjara seram di Kairo, Mesir. Tuduhannya sangat serius: memperkosa seorang gadis. Banyak yang tak percaya, lantaran Fahri, pemuda itu, adalah mahasiswa S2 di Universitas Al-Azhar, Kairo. Ia dikenal saleh dan murid Syaikh Utsman, ulama besar Mesir yang tak sembarangan menentukan siapa yang akan menjadi muridnya.
Selama di dalam tahanan, Fahri mengalami penyiksaan dan penistaan seksual. Apalagi, Aisha, sang istri—berdarah campuran Jerman, Turki, dan Palestina—yan-g tengah berbadan dua, nyaris diperkosa polisi yang hendak menyelidiki perkaranya.
Ulama Mesir, pejabat kedutaan Indonesia, teman-temannya, dan Maria pun berusaha membantunya. Maria adalah tetangga flatnya, seorang Kristen Koptik yang diamdiam mencintainya. Maria, yang sekarat dan akhirnya dinikahi Fahri, kemudian membebaskannya dari tiang gantungan.
Tapi, apakah benar novel El Shirazy membangun jiwa?
Hmmm menurut saya, buku ini ngak bagus banget, emang bener bisa membangun jiwa, terutama yang mengerti spiritual islam nya, tapi secara keseluruhan tanpa melihat agama, buku ini emang sangat inspiratif tapi agak berlebihan, Dimana penempatan tokoh terlalu hitam putih. Protagonisnya baik banget (Fahri, Maria etc), sebaliknya antagonisnya bener2 melebihi setan (lihat Bahadur). Terlalu menafikkan adanya sisi manusiawi pada diri orang jahat sekalipun…bener-bener ngambil gaya sinetron Indonesia sekarang.
Rabu, 27 Februari 2008
Ayat-ayat cinta novel pembangun jiwa?
Selasa, 12 Februari 2008
SERTIFIKASI GURU MENINGKATKAN PROFESIONALITAS ATAU SEKEDAR MENGHARAPKAN KESEJAHTERAAN
“pelita dalam kegelapan, laksana embun penyejuk dalam kehausan, patriot pahlawan bangsa Tanpa tanda jasa” itulah salah satu bait sair lagu Himne Guru. Masih sesuaikah kini setelah setelah cairnya tunjangan profesi untuk guru?
Demi untuk mendapatkan tunjangan profesi banyak guru menghalalakan segala cara bahkan melakukan kecuranngan. Rayon perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru melaporkan adanya kecurangan dalam penyusunan portofolio yang dilakukan oleh guru. Telah ditemukan adanya pemalsuan ijazah dan. Selain itu juga ditemukan sertifikat yang berkali-kali difotokopi untuk pergantian nama dan ditemukan juga adanya pemalsuan karya ilmiah. Apa sebetulnya yang diinginkan profesionalitas atau sekedar mengharap kesejahteraan
Tidak dapat dipungkiri guru sebagai manusia akan terbawa arus budaya yang amat pragmatis ini. Yakni penghargaan serta pengharapan yang tinggi akan materi. Jika hal itu yang terjadi, bisa dibayangkan apa yang terjadi pada pendidikan bangsa ini nantinya. Kecurangan ini sangat memprihatinkan dan memperburuk citra guru sebagai pendidik, serta menurunkan martabat guru. Apalagi guru tersebut akan dikukuhkan sebagai tenaga profesional. Sehingga jangan bertanya kapan pendidikan bangsa ini akan maju? Bisa jadi pendidikan bangsa ini akan jauh lebih parah lagi
Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik talapak tangan Kini waktunya bagi guru untuk dapat bersikap lebih arif dan bijaksana. Dengan mencoba untuk kembali mewujudkan dan meningkatkan profesionalitas yang tinggi sebagai seorang guru sejati.